Alasan Mengapa Akun Twitter Lama Saya Terkena Suspensi

Yoga Cholandha
3 min readMar 27, 2021

--

Kata-kata “silly cunt I’ll chinese burn your neck” bagi saya sangatlah lucu karena ia saya temukan pertama kali dalam sebuah percakapan Twitter yang jenaka. Kalau kalian pernah melihat foto seorang pendukung klub sepak bola Barnsley yang punya leher luar biasa besar, pasti kalian pernah pula membaca kata-kata tadi.

Ada seseorang yang mengunggah foto suporter berleher besar tadi. Foto tersebut ditanggapi oleh pengguna Twitter lain dengan berkata “dia minta ditato lehernya tetapi harus membayar harga tato lengan”. Setelah itu ada pengguna lain, yang kemungkinan adalah si leher besar, merespons dengan tantangan berkelahi di Barnsley. Balasan diberikan oleh si pengejek dengan menulis “silly cunt I’ll chinese burn your neck”.

Bagi saya itu lucu karena dua partisipan dalam percakapan tadi sama-sama ngegas. Ditambah lagi ada frasa “chinese burn your neck” yang sebelumnya belum pernah saya dengar. Saya harus secara spesifik menggugel “chinese burn” untuk memahami maknanya.

Chinese burn adalah bentuk siksaan tak berbahaya yang biasa dilakukan anak-anak. Genggam lengan temanmu dengan satu tangan, lalu gunakan tangan lainnya untuk menggosok-gosok tangan temanmu itu sampai terasa panas. Itulah chinese burn. Terkadang, ia disebut juga indian burn. Menerapkan chinese burn on a neck berarti menggosok leher seseorang sampai panas. Rasanya pasti akan sakit, tetapi apakah dia bakal masuk rumah sakit? Saya tak yakin.

Sayangnya, Twitter punya pendapat lain. Mereka pikir, chinese burning adalah perbuatan kejam yang bisa menghilangkan nyawa seseorang. Setidaknya begitulah yang saya tangkap karena akun Twitter lama saya dengan handle @yogacholandha terkena suspensi setelah kata-kata “silly cunt I’ll chinese burn your neck” saya gunakan.

Saya yakin bukan kata “cunt” yang jadi persoalan karena sudah beberapa kali saya menggunakan kata itu dan tak pernah ada masalah. Problemnya ada di “chinese burn your neck” karena dalam keterangannya, usai menjatuhkan suspensi, Twitter menjelaskan bahwa saya telah melakukan ancaman kekerasan fisik. Give me a break.

Saya kesal dan kecewa, tentu saja. Pengikut di akun lama saya tidak banyak dan bukan itu yang saya sesalkan. Yang membuat saya kecewa adalah standar tolol yang digunakan oleh Twitter. Saya menggunakan kata-kata tadi untuk membalas cuitan bernada misoginis dari seorang pendukung Tottenham Hotspur.

Pendukung Tottenham yang hina itu jelas-jelas berkata bahwa “tak ada yang peduli dengan (olahraga atau sepak bola) perempuan”. Dia utarakan kata-kata itu sebagai balasan untuk cuitan akun Twitter klub Bayer Leverkusen saat mereka tengah mengumumkan sesuatu mengenai tim putrinya.

Saya benci betul dengan ocehan-ocehan bodoh seperti itu. Sudah tak terhitung berapa kali saya melihat kata-kata seperti “nobody cares about women’s football” atau “post a real sport”. Kontol, lah. Ada banyak sekali akun troll yang, meski mengaku tak peduli dengan olahraga perempuan, selalu punya waktu untuk mengomentari postingan soal olahraga perempuan.

Bajingan-bajingan itulah yang sebenarnya lebih berbahaya dan akun media sosialnya patut kena suspensi. Mereka punya ketidaksukaan organik terhadap perempuan dan tak malu mengungkapkannya ke muka publik. Apa ini tidak berbahaya? Apa ini tidak layak diberi suspensi? Mengapa justru saya, orang yang membalas omongan mereka hanya dengan “ancaman untuk menggosok leher”, yang kena batunya?

Memang benar bahwa kata-kata yang saya ungkapkan terdengar lebih mengerikan. Akan tetapi, apakah kenyataannya demikian? Lagipula, saya tinggal di Indonesia dan pendukung Tottenham yang idiot itu tinggal entah di mana. Untuk apa saya jauh-jauh mendatangi dia hanya untuk menggosok lehernya sampai panas?

Tapi, yah, begitulah Twitter. Mereka butuh waktu bertahun-tahun untuk menjatuhkan suspensi pada akun Donald Trump dan agitator-agitator berbahaya lainnya. Seberbahaya apa pun pesan yang disampaikan, selama tidak ada trigger word, pasti akan mereka biarkan. Bagi saya, ini adalah wujud kesesatan berpikir.

--

--

Yoga Cholandha

I write about football, music, TV shows, movies, WWE, and maybe some other things.